Jangan Lakukan! Kalo sedang keadaan seperti ini..

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ


Jangan Menjawab! Ketika sedang marah

Menjawab ketika kita sedang marah, hanya akan membuat kita terlihat bodoh dan jawaban kita tidak tepat sasaran.

Jangan Janji! Ketika sedang bahagia

Berjanji ketika sedang bahagia akan membuat kita menyesali janji tersebut, karena bisa jadi kita berjanji hanya karena terbawa suasana, sedangkan pertimbangan kapasitas bisa menepatinya kita abaikan.

Jangan Ambil Keputusan! Ketika sedang sedih

Mengambil keputusan saat kita sedih hanya akan membuat kita mengambil keputusan yang apa adanya, dan mengabaikan mimpi besar kita.




KERJAKAN MAKSIMAL, GAK USAH PASSION !

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ


Curhat bertubi. Baru belajar kerja pada mau resign! Dalihnya sama "Enggak passionku!"


" Mas, aku ASN, ilmuku gak kepake. Jadi gak perform. Bukan passionku!"

" Mas, aku di BUMN, penempatan Indonesia Timur. Kehilangan passion, dibanding challenge di Jakarta!"

" Mas, aku di start-up, kerja diluar jobdesk melebar kemana2. Gak nyambung sama passionku!"

Sebagian orang jelas betul passionnya sejak belia. Bisa hasil arahan kuat ortu. Bisa juga karena tahu aja dari awal.



Saya termasuk yang tidak pakai jurus passion. Karena tekanan ekonomi, memutuskan menyeriusi  kesempatan pertama saya. Jurusnya, mengambil tanggung jawab, mengerahkan segenap kemampuan maksimum. Gaspol.


Hasilnya bersinar. Jadi trampil dan pede. Puas juga, dihargai. Gak ngurus passion gak passion. Gaspol!
Sinar2 itu membentuk jalur portfolio. Ternyata, dibilang produk hybrid 3 in 1. Pasar yang mendefinisikan begitu.


Passion [kegairahan, semangat kuat, keinginan besar, kegemaran] untuk 

sebagian orang harus dibentuk, diperjuangkan. 

Enggak dijadikan alasan ngeles atau pembenar atas ketidaksesuaian hasil. Kalok gagal, karena bukan passionnya. Saya pake jurus passionate : showing intense feeling. Aktif menunjukkan perasaan mendalam, dengan kerja keras & happy. 





      Seringkali antara passion dan kesempatan kerja yang kita dapat tidak akan pernah selalu sejalan memang. Saya dulu seorang designer amatir (and I'm proud of that), karena dari pekerjaan itulah Saya bisa melihat sisi lain sebuah pekerjaan yang mengharuskan kita mampu memahami sudut pandang orang lain. Untungnya, di tempat kerja Saya sebelumnya, hampir semuanya memberikan saya fasilitas komputer yang memiliki akses internet. Dari situlah saya mengembangkan apa yang namanya passion

     Short story, Saya berani keluar dari pekerjaan saya yang lama sebagai designer dan masuk ke dunia engineering karena telah memiliki bekal. Darimana bekalnya? Ya itu tadi, fasilitas internet dan komputer yang diberikan ke saya. Saya melakukan browsing, research, membaca jurnal luar, belajar membuat blog sendiri etc etc dari komputer dan fasilitas internet beberapa kantor saya sebelumnya. 

Intinya, jangan karena beralasan passion kemudian menolak pekerjaan yang datang, padahal disaat yang sama kita membutuhkan uang untuk "bertahan hidup". 

Karena kalau hal ini yang terjadi, sama saja Anda menyusahkan diri sendiri, yang ujung ujungnya akan menyalahkan "keadaan".

KERJAKAN MAKSIMAL, GAK USAH PASSION !


😊


Jawaban Level Saat Interview (Contoh)

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Jawaban saat interview=KETEBAK LEVEL KAMU (Ini contohnya) Apa pendapat anda tentang JUJUR??? "Tidak bohong"=yg jawab begini biasanya fresh graduate "Kejujuran harus menjadi NIAT AWAL dalam bekerja"=yg jawab begini biasanya sudah pernah bekerja "Kejujuran harus mendasari semangat dan perilaku TIM, karena tidak mungkin kita kontrol satu per satu anggota tim"= biasanya dia sudah pernah jadi pemimpin tim, supervisor misalnya "Kejujuran itu harus meresap menjadi budaya PERUSAHAAN, karena kita berhubungan juga dengan PIHAK luar, jadi kepercayaan baik INTERNAL maupun EKSTERNAL sangat diperlukan bagi tercapainya tujuan PERUSAHAAN" = biasanya dia sudah pernah jadi manager Jadi, sampai level manakah anda?, Jangan khawatir, itu semua proses, dan harus mau proses dari NOL

Jawaban Level Saat Interview (Contoh)



Punya-Lah Orang Dalam

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

      "Zaman sekarang, kalau gak punya orang-dalam susah dapet kerja Mas!" Kubilang, zaman old juga begitu. Versi saya:"Punya orang-dalam memperlancar dapet kerja, saya sudah buktikan!" Dia curiga kita sedang bicara hal yang beda.

Orang-Dalam itu konektor. Zaman old, koneksi itu barang elitis. Milik segelintir orang. Kerabat penguasa. Pilihan terbatas. Penguasa betah disatu organisasi belas-puluh tahun.

Kuingat 3 kali pindah kerja dalam 2 tahun lebih. Semuanya dari orang-dalam. Diawali telpon:"Kamu mau gak gabung sini?" Siapa orang2 dalam itu?

Ada ex co-worker yang sister-company minta rekomendasi. Ada sejawat masa lalu yang bigbossnya minta referensi. Bahkan teman masa sekolah. Mereka2 itu ternyata mengingatku.

Orang-Dalam zaman now ternyata populis. Siapapun bisa menginisiasi. Dimulai dari rekam jejak kinerja penuh impresi. Lingkungan sekeliling dipapari. Mereka terkesan dan teringat. Ketika mereka terbang pindah ke 8 penjuru angin, tetap jadi sahabat. Tak ragu beri rekomendasi ke tempat barunya. Kusyukuri.

Jadi berbuat baik, berprestasi, kinerja gaspol penuh impresi memapari itu seperti menebar ranjau ciptakan orang-dalam. Kita hanya tak tahu kapan mereka kemana dan dimana virus rekomendasi menyebar. Orang-dalam di konsepmu, seperti apa gaes ?

Punya-Lah Orang Dalam

Benarkah HR Selalu Dibenci Karyawan ?

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Istilah HR (D) bukanlah sebuah istilah asing dalam dunia kerja.
      HRD merupakan singkatan dari Human Resources Departemen (jika merujuk kepada departemen, unit atau divisi) atau dalam bahasa Indonesia dikenal dengan istilah Departemen Sumber Daya Manusia atau Departemen Personalia. OK, kembali ke judul, benarkah HR selalu menjadi musuh bagi karyawannya ? Dibawah ini adalah beberapa opini yang mungkin menuai menjadi pro-kontra,

Benarkah HR Selalu Dibenci Karyawan ?

Karyawan merasa bahwa anggota staf HR tidak objektif dan tidak adil, apakah benar begitu? 

     Keinginan mereka untuk mempertahankan pekerjaan mereka dan mendapatkan gaji yang lebih besar dan promosi mereka berikutnya kadang terhalang karena adanya HR.
HR juga rentan untuk mendukung manajer atas karyawan tanpa bukti dalam situasi tersebut.

     Mereka menganggap bahwa keluhan terhadap karyawan lain adalah benar dan bahwa mayoritas keluhan dan situasi tersebut tidak pernah diselesaikan.
    
    Pada dasarnya, HR bekerja untuk membangun strategi dalam perusahaan, menyediakan kerangka kebijakan dan prosedur yang berkaitan dengan pekerjaan staff, menyediakan alat untuk melakukan hal ini secara efektif dan memberikan bimbingan, dukungan dan rekomendasi untuk pelaksanaan yang efektif dari strategi, kebijakan, prosedur dan alat-alat yang dibutuhkan dalam perusahaan.

     Dalam organisasi yang lebih besar, masalah transaksional tidak perlu menjadi domain dari praktisi HR dan ini telah menyebabkan pelaksanaan layanan bersama di banyak organisasi yang kompleks dan besar. Tidak ada kursi untuk HR di dewan ketika HR memiliki fokus utama yang dianggap sepele.

    HR kadang memiliki hubungan yang kurang baik antara karyawan dan mereka sulit menjadi mitra strategis. Dalam situasi ini, praktisi HR dapat menemukan diri mereka dalam situasi sulit di mana kedua karyawan dan manajer percaya HR yang mendukung mereka. Hal ini sering dapat menyebabkan situasi di mana HR dikambinghitamkan dan tidak ada pihak yang puas dengan hasilnya.

     Memang sangat sulit untuk memenangkan hati karyawan kembali ketika mereka telah membentuk opini buruk terhadap HR.

   Bahkan jika staff HR di pekerjaan baru di perusahaan baru adalah advokat yang kompeten, peduli dan karyawan memiliki pengalaman yang lebih dari HR, maka banyak pandangan buruk mereka tentang HR. Ada banyak alasan mengapa HR sangat dibenci oleh karyawan, hal ini hampir terjadi pada semua perusahaan.

Berikut beberapa alasan mengapa karyawan benci HR:

1. HR dianggap tidak jujur



Banyak karyawan yang mengeluh bahwa anggota staff HR tidak jujur.
     Mereka tidak mengatakan kebenaran tentang bagaimana mereka menangani situasi karyawan. Banyak karyawan percaya bahwa staff SDM tidak bisa dipercaya karena mereka berbohong untuk menutupi kesalahan penanganan mereka dari sebuah situasi. HR hanya peduli kepentingan perusahaan dan manajer.

    Dalam setiap keluhan karyawan situasi HR akan berpihak manajer sebagian besar waktu. Bahkan jika Anda memiliki beberapa saksi atau karyawan telah berulang kali mengeluh kepada HR tentang perilaku yang sama, sisi SDM dengan perusahaan.

2. HR kurang efisien dalam bekerja

     Keberadaan HR dalam perusahaan sering dianggap membuang banyak waktu atas pelaporan langkah-langkah efisiensi seperti persentase pekerja dengan pelatihan unggul atau tingkat kepuasan pekerja karena lebih mudah untuk mengukur daripada dampak dari kegiatan yang dilakukan oleh HR tersebut.

      HR menyatakan bahwa kegiatan ini dan metrik penting untuk mengetahui, tetapi HR tidak mempertahankan bagaimanana keinginan karyawan.

3. Hubungan HR dan karyawan tidak bisa akur

     Ada kesenjangan yang meningkat antara kemampuan yang berfungsi di HR dan intelijen perusahaan yang diperlukan bagi karyawan untuk menjadi mitra strategis dan sukses dalam sebuah organisasi bisnis.

     Beban inti HR adalah untuk melayani tujuan bisnis organisasi, oleh karena itu, jika HR tidak memahami semua aspek bisnis, ia tidak akan mampu melakukan tugasnya secara efektif. Keterampilan tersebut harus digunakan dalam konteks dengan fungsi strategis perusahaan.

4. HR tidak bekerja untuk karyawan

   Sebenarnya HR dipercaya menjadi pembela bagi karyawan, namun kini HR dipandang sebagai polisi jahat atau boneka manajemen puncak. Mereka dipandang sebagai penegak aturan untuk memastikan kesetaraan di seluruh organisasi.
   Pendekatan kemungkinan untuk memahami organisasi dengan jelas menyatakan bahwa satu ukuran cocok untuk semua pendekatan mengabaikan kontribusi dari karyawan yang membawa ke sebuah organisasi yang mendorong keberhasilan organisasi pada akhirnya.

   Di banyak perusahaan masalah dapat diatasi dengan terlebih dahulu memenuhi kebutuhan karyawan. Sebagai kebutuhan tersebut diterima oleh telinga HR dan ditangani sehingga kinerja organisasi dapat ditingkatkan.

     Dari beberapa alasan tersebut maka banyak perusahaan yang menggunakan HR tanpa mempertimbangkan apakah karyawan menyukai HR tersebut atau tidak.

    Bagaimanapun pandangan karyawan tentang HR, sebenarnya semua itu bisa diatasi ketika pimpinan, HR dan juga karyawan bisa berkomunikasi dengan baik. Komunikasi sangat penting agar tidak ada pandangan negatif tentang HR, tidak selamanya HR itu dibenci oleh karyawan.

    Tidak selamanya pula HR tidak bisa bekerja dengan baik, semua itu tergantung bagaimana komunikasi yang dijalin oleh seluruh anggota organisasi.

Gambaran Umum Menikah Dengan Orang Proyek


بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

   Gambaran Umum Menikah Dengan Orang Proyek - Oke, kali ini mau re-share cerita pengalaman kehidupan seorang pekerja proyek sob..

   Setiap orang mempunyai pasangan hidup masing- masing. Tak terkecuali orang proyek. Apa benar nikah dengan orang proyek itu rasanya seperti ini?? Sesuai dengan permintaan pembaca, kali ini saya akan menulis tentang enak - tidak enak berumah tangga dengan orang proyek. Banyak enak apa ngga nya ya ? hmm...

   Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang dimana pembangunan sedang gairah- gairahnya. Tidak heran jika pembangunan di Indonesia mampu menyerap tenaga kerja yang banyak khususnya tenaga konstruksi. Tenaga kerja di bidang konstruksi ini sangat bervariasi tidak hanya yang berada di dalam lapangan saja melainkan di kantor pusat juga. Tidak hanya sebatas kontraktor, melainkan mulai dari pemilik dan pengawas proyek pun menjadi bagian dari tenaga kerja konstruksi. 


   Orang yang bekerja di proyek tentu ritme kerjanya akan berbeda dengan orang yang bekerja di kantor. Jika Orang kantor mempunyai waktu kerja dari hari senin - jumat, berbeda dengan orang proyek yang kerjanya tiap hari dari senin ketemu senin lagi. Di sini yang dimaksud orang proyek tidak hanya sebatas tukang, kenek dan mandor, namun tim manajemen proyek yang terlibat juga akan mengikuti ritme kerja di proyek. Lalu bagaimana rasanya jika kita nikah dengan orang proyek ya?

Berikut ini fakta- fakta kehidupan orang proyek setelah berkeluarga

1. Waktu Untuk Keluarga Berasa Sangat Singkat

   Apa benar rejeki hasil bekerja itu hanya uang saja? Pertanyaan itu mungkin akan membuka cara berpikir kita apakah selama ini kita hanya mencari uang saja. Namun ketika uang dikejar terus ada yang telah kita lupakan yaitu waktu bersama keluarga. Sebagian besar dari orang yang bekerja merantau di proyek akan meninggalkan anak dan istri di kampung halaman. Sehingga sangat jarang bertemu dengan keluarganya. 

   Di sini kita tidak menyalahkan orang yang bekerja di proyek karena memang rejekinya ada disitu. Namun sebagai bahan pertimbangan jangan sampai melupakan betapa pentingnya waktu bersama keluarga, anak- anak, dan istri. Bayangkan saja kita bekerja di proyek penuh dengan deadline dari pagi sampai malam tiap hari seperti itu. Biasanya kita akan mendapat cuti selama 10 hari tiap 2 bulan. Apakah itu cukup? Mari kita hitung bersama- sama berapa lama kita menghabiskan waktu untuk bekerja. Apakah sudah seimbang antara waktu keluarga dan waktu bekerja.  

Masa kerja 1 tahun = 365 hari - lebaran - tahun baru - Cuti 2 bulan sekali
                                   = 365 - 14 - 7  - (4 x 10)  = 304 hari. 

Waktu dengan Keluarga dalam 1 tahun = Lebaran + tahun baru + cuti 
                                                               = 14 + 7 + 40 = 61 hari 

Persentase waktu di proyek = 304/365 x 100 % = 83,3 %
Persentase waktu dengan keluarga = 61/365 x 100 = 16,7% 

  Jadi secara tidak sadar, selama ini 83,3% dari waktu hidup kita lebih banyak dihabiskan di proyek sedangkan untuk bersama keluarga kita hanya memberi waktu sekitar 16,7% saja. 



2. Tak Terasa Anak Sudah Besar

  Apakah anda sering bilang "tak terasa anak kita sudah besar ya". Mungkin karena tidak setiap hari ketemu sama anak apalagi kalau anak masih kecil. Saya bisa merasakan betapa terharunya ketika sudah melihat anak kita tumbuh sangat cepat namun tidak dilalui bersama- sama. Apalagi ketemu hanya 2 bulan sekali, balita selama 2 bulan sudah tumbuh dengan cepat. 

3. Lebih Kangen Anak daripada Istri

 Para istri tidak perlu marah jika suami ternyata lebih kangen sama anaknya. Bukan berarti tidak cinta lho ya. Untuk ukuran orang proyek yang jarang pulang dan hanya pulang paling cepat 2 bulan sekali sangat wajar jika yang dikangeni adalah anaknya terutama anak yang masih balita. 2 Bulan tidak ketemu artinya sudah melewatkan banyak hal dalam perkembangan anak. 

4. Dapat Proyek Pedalaman Susah Sinyal

  Wah ini yang paling menyiksa jika dapat proyek Remote Area yang susah sinyal. Kalau mau video call harus ke kota dulu yang jaraknya mungkin beberapa jam. Proyek yang ada di pedalaman biasanya proyek - proyek yang ada di perbatasan seperti Pos Lintas Batas Negara, Bendungan, Jalan dan sebagainya. 

5. Cuti 2 Bulan Sekali kalau Tidak Ada Deadline

  Cuti merupakan kebijakan manajemen di dalam proyek. Biasanya pegawai akan diberi hak cuti selama 10 hari untuk dua bulan sekali. Itu pun kalau tidak ada deadline pekerjaan. Jika ada deadline pekerjaan biasanya akan mundur mungkin saja bisa sampai 3 bulan 4 bulan baru bisa cuti. Padahal pekerjaan di proyek itu deadline semua. Bisa dibayangkan kalau ternyata cuti 2 bulan sekali hanya sebuah wacana. 

6. Pas Cuti Borong Belanjaan

  Mitos atau fakta? Orang proyek setelah lama merantau pas pulang belanja banyak. Hal ini wajar saja karena selama diproyek pun tidak ada tempat untuk belanja.

7. Menabung uang lebih Mudah

  Orang Proyek tentu akan lebih mudah untuk menabung karena di sana tidak ada godaan untuk belanja. Berbeda dengan orang kantoran yang bekerja di kota, pengeluarannya susah dikendalikan karena dimana-mana terdapat tempat belanja. 

  Beginilah rasanya jika sudah berkeluarga namun masih kerja di proyek pedalaman. Memang semua proyek tidak bisa disamakan. Tapi sebagian besar pasti akan merasakan yang sama. Yang penting adalah apapun pekerjaannya patut disyukuri dan berdoa semoga tidak selamanya di proyek pedalaman. Aamiin.


Kerja ? Bukan Selalu Untuk Jadi Yang Terbaik Lho..

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Salah satu atasan saya, seorang Manager,mengajak buka puasa bersama..dalam satu obrolan dia cerita bagaimana dia membangun karir dari nol, sebagai perantau tanpa relasi Di perusahaannya, dulu semua orang berusaha menunjukkan DIRINYA-lah yg terbaik, berlomba cari PRESTASI PRIBADI, dan berlari mengejar level lebih tinggi,suasananya menjadi,"untuk jadi PALING",bukan untuk SALING Nah..teman saya ini unik, perantau dri kampung, tanpa relasi, jadinya ndak kepikiran hal2 itu. Di kepalanya hanya ingin bekerja, supaya bisa bayar kos2an. Jiwa gotong royong dari kampung ternyata terbawa,sifat membantunya tinggi, dia akan selalu membantu temannya siapapun yg butuh bantuan, meskipun angkat2 barang sekalipun,jdi terkenal-lah dia dikantor sebagai seorang yg senang membantu Waktu berlalu,banyak yg resign,dan banyak yg baru, ke orang baru-pun dia rajin membantu, karena terbayang dia dulu anak rantau ndak punya teman Direksi rupanya melihat hal ini,bila ada yg resign di posisi atasnya teman saya,dia yg diangkat,dan dia mampu,semua orang balas budi kepadanya dengan membantu apa2 yg diperlukan, sampai akhirnya saat ini dia sudah jadi manager,tiap hari BERDASI😀 Jadi, bekerja itu tidak selalu harus jadi "PALING", lebih indah jadi "SALING" :)

Kerja ? Bukan Selalu Untuk Jadi Yang Terbaik Lho..