Berapa Sih Gaji Standar Fresh Graduate D3/S1/S2/S3 ?

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Berapa Sih Gaji Standar Fresh Graduate D3/S1/S2/S3 ?


Pernah kepikiran gini gak,

‘Kalo Nanti Ditanya Gaji, Gue Pantesnya Digaji Berapa Ya?’

*Pasti pernah lah ya.. wkwk

  Dulu, gue nggak pernah tau standar gaji fresh graduate itu berapa. Gitu-gituan gak pernah dikasih tau dosen pas kuliah sih. Jadinya pas wawancara kerja, bingung sendiri. Apalagi gue ini orangnya nggak enak diliat, eh maksudnya nggak enakan.
HR : “Mas Dhan, mau digaji berapa?”
Me : “Hm, berapa ya? Standar perusahaan berapa Bu?”
HR : “Kita gak ada standar gaji di perusahaan ini.”
Gue berpikir; Kalo gue jawab 10 juta, gue nanti dikira gak tau malu. Kalo gue minta 2 juta, ntar dikira gue gak bisa kerja. Saking puyengnya, jiwa ke-cewek-an gue muncul, yaitu, bilang terserah.
Me : “Berapa ya? Terserah Ibu aja deh, hehe. Saya mah ikut aja.”
HR : “Hmm, begitu.”
Pas keterima, gue digaji 2 juta, sedangkan temen gue yang lain digaji 5 juta.
“BU! BU! WAWANCARANYA DARI ULANG DONG?! NGGAK CI, NGGAK CI!” :"


#1

Cara Mengukur Gaji

  Ngukur gaji itu bisa dihitung dari kebutuhan, kalo misal kerja di daerah Jakarta, gaji standar paling kecil itu 4 juta. Dihitung dari biaya ngekost sebulan 1 jutaan, biaya makan 1 jutaan, transportasi 500,000 sebulan, sehingga masih ada saving 1,5 jutaan. Itu kalo mode anak kos banget yaa.. XD
Ketika ditanya mau gaji berapa? Via www.berdesa.com/
  Jadi kebayang kalo biaya resepsi nikah itu sekitar 100 juta, kamu butuh 70 bulan buat nabung, atau sekitar 6 tahun setelah pekerjaan pertama, dengan catatan selama 6 tahun itu kamu gak beli celana dalem baru, wkwkwk.. Makanya usia ideal buat nikah itu sekitar usia 25-28 tahun. Ini kok bahas nikahan sih, *kampret -_-
Bicara soal gaji artinya bicara soal ""tawar menawar".
For Example,
HR : “Mas Dhan mau digaji berapa?”
Me : “8 juta.”
HR : “Wow, untuk fresh graduate itu angka yang lumayan. Mas bisa berikan apa untuk perusahaan.”
Me : “Saya akan berikan…......... *(masalah baru) hihi.”
HR : “Get out!“ 
-_-"
  Rata-rata fresh graduate sih emang digaji sekitar 3-5 juta untuk tahun pertama mereka, jadi kalo nanti kamu minta gaji di atas itu, kamu kudu punya exceptional skills.

#2

The Exceptional Skills

  Perusahaan adalah lembaga profit, artinya ketika mereka merekruit orang baru, harus dipastikan orang baru itu akan memberikan keuntungan secara langsung. That is their weakness! Hahaha, if you know what i mean.
  Artinya, kalo kita punya kemampuan selling yang bagus, riset pasar yang baik, kreatif membuat promosi, inovatif mengajukan ide baru, teamwork yang solid, leadership yang bagus, dan skills lainnya, itu akan jadi bargaining power, apalagi kalo kita punya reputasi yang bagus. Intinya, bantu perusahaan biar dapet untung lebih besar ketika merekruit kita.
Coba presentasiin penjelasan kamu? Via www.idntimes.com/
Kalo pun gak punya skills begitu, kuncinya adalah percaya diri! Ngemeng aja sampe bau! Oke, next...
HR : “Mas Dhan mau digaji berapa?”
Me : “10 juta, belum termasuk transportasi, makan, akomodasi, dan tunjangan, begitu juga asuransi.”
HR : “What!? Heheh, Mas Dhan serius? Emangnya bisa memberi apa buat     
perusahaan?”
Me : “Saya bisa mengendalikan 10-20 pegawai di bawah saya, dan punya      keahlian dalam marketing, analisa, produksi, dan riset, artinya jika Ibu menghire saya, Ibu menghemat gaji 4 pegawai.
HR  : “Wow. Yakin Mas?”
Me  : “Yes, sure.. saya orangnya juga kritis dalam riset & analisa, saya kreatif dalam promosi & pemasaran, saya bisa bantu mencapai target perusahaan lebih cepat dan efisien. *Ehem.”
HR  : “Hm, oke. Di sana ada whiteboard, bisa presentasikan garis besarnya?”
“Oke! Tapi saya ke toilet dulu.”, (keluar ruangan, kemudian kabur :P)
 Bisa se-percaya diri itu gak? Kalo gue dulu pas wawancara, gue selalu memposisikan sebagai orang yang nothing to lose. Jadi probabilitas antara diterima dan gak keterima itu 50:50. Jadi daripada minder dan klamar-klemer, mendingan kepedean aja sekalian, bagi yang kenal gue.. you know lah gue orangnya emang sok-sok an, tapi keinginan gue emang lebih maju dan berkembang ! Secara, generasi milenial sifatnya emang multi task, jadi.. ngga harus terpaku pada satu / dua specialist di bidangnya yaa.. hehe
Kepercayaan diri itu timbul karena PD dengan kemampuan. Kalo gak punya kemampuan gimana? Ini ada contohnya lagi pas gue nggak ngerti apa-apa dulu,
HR : “Mas Dhan mau digaji berapa?”
Me : “Kebutuhan saya 5 juta per bulan. Saya tidak punya skill khusus dalam pekerjaan ini, tapi saya orang yang cepat belajar dan tahan dalam tekanan! Ajari saya hal yang tersulit, saya pasti akan belajar, dan saya pastikan, Ibu tidak salah merekruit saya!”
HR :“Wo hoho, sabar sabar, seberapa cepat Anda belajar?”
Me :“Jika score 1-10, kecepatan belajar saya 9.”
HR : “Oke.”
Setelah wawancara itu, gue dapet kerjaan lagi, dan diajarin banyak hal.
[AdSense-C]
Percaya diri itu akan memunculkan keyakinan, manager yang ngewawancarain pasti impressed sama ‘ketaktisan’ kita menjawab, terutama kesungguhan kita. Karena itu akan dinilai sebagai kecepatan kita dalam berpikir, dan itu penting.
“ Boss itu gak suka basa-basi, mereka cenderung set set set, to the point, dan taktis.” Seenggaknya itu yang gue dapet dari temen gue yang kerja di HRD.
Boss kita pasti gak suka sama orang yang klamar klemer, kebanyakan haha hehe, kalo ditanya selalu jawab terserah, dan terlihat sangat tidak percaya diri. Manager pasti akan sangat butuh bantuan untuk membuat keputusan, jika kita percaya diri dan tegas, kita akan sangat membantu dia.
Menjadi kritis, tegas, analitik, dan kreatif akan membuat kita jadi pribadi yang unggul. Hal ini jauh lebih berharga daripada IPK setinggi apa pun. Mau setinggi apa kalo gak pede, (mohon maaf) akan ke-kick sama yang lain.
Gue lulus dengan IPK 3 koma kecill, dan gue pernah ditawari langsung oleh Engineering Director Akua untuk bergabung di teamnya, tanpa wawancara, tanpa seleksi berkas, tanpa psikotest, atau test lainnya.
“Wah, Mas Dhan kritis sekali, mau gak bergabung di Akua?”
Dalem hati, “Berani bayar berapa, Boss?
Mungkin kalo gue ngomong begitu langsung, gue akan dilempar Akua galon.



RECRUITMENT MASUK FREEZER ? BIASA!

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

“Sudah interview kok lenyap follow up !” Itu cerita biasa. “Sudah offering, tiba2 dicancel dadakan by phone!” Pernah mengalami? Komen di sosmed: buat apa basa basi ngiklan, interview, kalok ujungnya batal. Bikin kecewa berat. Kompetisi bisnis tak sportif. Sport semisal tinju, ada kelas2. Masak boxer kelas bulu satu ring dengan kelas berat. Fakta di bisnis, David & Goliath bisa lawan Xena & Ben10. Kewaspadaan kudu extra. Recruitment tak kecuali. Diminta agility. Gegara kompetisi menohok, perusahaan ketonjok. Growth strategy sontak jadi survival. Recruitment kena beku. Masuk kulkas! Keputusan tak popular adalah keniscayaan leadership. Leader tak ngurus popularitas. Senang2in populasi untuk nikmat semu sesaat? Lalu hancur lebur terlumat? Leaders do right thing first, then do it right way. Bekukan recruitment! Life is not flat. So does recruitment. Jika survival datang, tunda nambah orang. Dan itu bisa dadakan. Zaman now, eksistensi company bisa ngeri kalok gak siap enjoy naik roller coaster. Survival tak gentar hujatan dan makian. Tak enak jadi penyampai berita buruk. Yang penghindar, tahukah engkau itu tiket kematangan karir? Yang penghujat, engkau sekecewa yang kau hujat setidaknya.

Share your view. Move on yuk?




Opini Human Resource Dengan Karyawan

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Saya sering bertemu dengan mereka yang : - Teriak2 jenuh dengan pekerjaannya - setiap bertemu selalu menyelipkan curhatan "pengen resign" - Mengatakan hal yang buruk tentang atasannya di setiap kesempatan. Sering sekali sampai kemudian saya tanya," udah mau 2019 nih, mosok plannya cuma resign? Yg strategis dikit lah."

Opini Human Resource Dengan Karyawan
Tanpa kita sadari hidup kita banyak dikelilingi toxic. Orang2 yg patah hati dan jenuh namun bertahan atas nama gaji. Kalau anda tidak ingin tertular jgn terlalu sering bersama mereka, karena rekan2 ini ibarat dementor, menghisap kebahagiaan. Salah satu sahabat saya pernah berkata," urip kuwi dilakoni, lek gak kuat yo ditinggal ngopi. Jika datang masanya jenuh dengan apa yg dilakukan ada baiknya mundur sejenak, lihat kondisi rekan2 lainnya yang masih berjuang untuk mendapatkan pekerjaan, itu pun bukan yg ideal tapi setidaknya bekerja untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Teruntuk rekan2 diluar sana, daripada punya planning resign sepanjang waktu lebih baik energinya dipakai untuk menambah kualitas diri. Jangan meludah di sumur tempat kamu menimba air.

Happy Monday, stay productive & jangan lupa bahagia hashtagAnakJaksel


LOYAL KOK SAMA COMPANY ? *Eh...

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

“Jungkir balik siang malam. Loyalitas sama company. Tapi kok karir gini2 aja.” Ups, gerutu ini masuk tahun ke dua. “ Aku tuh gak bisa nolak kerjaan ditambah. Jujur, capek juga. Tapi bos baik banget nyaris sempurna. Bolak-balik tolak offering toko sebelah, gak tega ninggalin bos. Padahal ya gini2 aja. Ya inilah loyalitas”,cerita serupa bertahun lamanya. Cerita loyalitas yang mengusik. Loyal itu identik setia. Yang mengganggu, apa setia itu terpaksa? Setia itu separuh hati? Karena disambung dengan tapi, … tapi ini, tapi itu. Setia sama atasan yang baik seperti teman. Setia sama company yang bikin nyaman. Tak bisa dapat semua, okaylah! Yakin? Setia sama faktor eksternal itu rawan. Karena mereka2 itu gampang jadi mantan. Bubar hubungan. Buktinya, loyal separuh hati. Setia harga mati itu ya sama diri sendiri. Sama prinsip2, nilai2 yang diyakini. Tentang hakekat kerja. Kesetiaan pada nilai2 diri itu, akan mencari jalan. Bisa lewat atasan, atau perusahaan. Selagi mereka cocok sama prinsip & nilai diriku. Disitu soalnya. Paparkanlah nilai2 diri yang kau anut! Kok sebagian terdiam dahi berkerut. Ada yang tercenung renungi prinsip hidup carut marut. Ada yang tersadar belum punya. Gak heran, loyalnya jadi kemana2, terbagi2 juga. Kamu?


TEMPAT KERJA BARU GAK MENJAMIN ?

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ


Judul ini bakal bikin dia mikir lagi. Jadi resign gak ya? Awalnya sih udah bulat tekad. Suasana kerja sudah gawat. Rupa2 alasan. Atasan diktator. Sejawat back-stabber. Crew tukang ngadu. Emang susah dapetin suasana kerja kondusif impian. Katanya harus berikhtiar. Ayo tebar pesona, kirim banyak lamaran. Olala, ada offering. Waktunya ambil keputusan.
Tempat baru gak menjamin: bisik2 tetangga. Paling2 50:50. Teman2 mengamini. Iya juga sih. Jangan2 tempat baru setali tiga uang. Same old story. Belum lagi ditimpalin senior : sejelek2 disini, kan udah tau urusan sama siapa. Jurus2 mengamankan diri sdh dikuasai. So far survive aja. Sounds convicing.
Grow up guys. Lagian siapa di dunia ini bisa menjamin-jamin soal ginian? Suasana kerja impian tanpa kontribusimu mewujudkan? Maunya matengan? Biasa banget, nostalgia tempat lama yg indah. Waktu ditanya kamu kontribusimu apa, lidah kelu tercekat.

Yang awalnya semangat 45 sudah mau resign, sekarang gamang. Ragu. Mendua. Makin diracuni status quo, makin kuat utk stay. Sekalian saja saya ikut nimbrung: peluang 50:50 itu bagus banget. Layak dijalani.Kenapa? Kalau kau yakin peluangmu saat ini 0%. Katanya : boss diktator, sejawat back-stabber, crew tukang ngadu. Hahaha, dia bingung lagi.





SAINGAN SAMA ATASAN YUK?

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Curhat lagi. Kompetisi karir super ketat. Bersaingan di organisasi. Bersaing dgn sejawat, ibarat sesama angkot saling mendahului. Cara putih, hitam, abu2, belang2. Cerita haru biru.
Saingan sejawat gak seru. Banyak capek sedikit dampak. Risiko: hilang teman, jadi korban kesikut. Asyik bersaing dgn sejawat di dalam? Bahkan menangpun gak jamin survive bersaing di open market. Tinggal pilih batas pasar. Lokal, nasional, regional, dst. Bersaing antar bangsa tak perlu ke manca negara. Foreigner itu sudah satu kubikal denganku.
Kupilih saingan sama atasan. Kusimak jobdesc, role profilenya. Bukan orangnya. Bandingin sama profile diriku. Kukejar bolong2 gap kualifikasi job atasan. Banyak cara easy & nendang. Bisa jadi PLTnya kalo dia cuti. Minta proyek dia kutuntaskan. Kasih free-mium. Jadikan mentor, coach. Satu senior managerku bilang: in 3 years I want to replace you! Berarti gue ada sejawat baru. Kalo punya bos gak kompeten dan nyebelin gimana? Rule #1: bukan orangnya, tapi jobnya. Rule #2: yang dia kompeten. Rule#3: terima fakta, dia bosku. Big boss punya reason naruh dia disitu. Denialku tak membantu. Kumanfaatkan keahliannya untuk membangun diriku. Kok ributin kedunguannya? Kayak aku ini juga tak punya kedunguan! Ngaca ah.

SAINGAN SAMA ATASAN
hashtaginsanikhtiar

Terima Kasih Bos :)

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Terima kasih Bos atas pengalaman buruk denganmu. Saat kau ujug-ujug memerintah sana sini, aku jadi belajar bahwa kepemimpinan itu bukan sekedar perintah, melainkan teladan. Saat kau menekan dengan kata-kata dan sikap, aku jadi belajar bahwa kepemimpinan itu mengenai relasi positif yang dibangun dengan kata-kata positif.

Terima kasih Bos atas pengalaman buruk denganmu.

Saat kau sering tidak hadir untuk tim-mu, aku jadi belajar bahwa kepemimpinan adalah mengenai kehadiran untuk orang lain. Saat kau melindungi diri dengan berlindung dibalik jabatan, aku jadi belajar bahwa kepemimpinan bukanlah mengenai jabatan melainkan mengenai pengaruh positif. Saat kau menggunakan kekuasaan untuk memaksa, aku jadi belajar bahwa kepemimpinan adalah mengenai menggunakan kekuasaan untuk memberdayakan orang. Saat kau menahan informasi untuk kepentingan diri, aku jadi belajar bahwa kepemimpinan adalah mengenai membagikan informasi untuk kepentingan organisasi. Saat kau mengintimidasi sebagai bentuk pertahanan diri, aku jadi belajar bahwa kepemimpinan adalah mengenai memberi kepercayaan sebagai bentuk pelayanan. Saat kau.... Ahh, sudahlah Bos, terlalu banyak yang kau lakukan yang membuatku berterima kasih. Aku berterima kasih padamu karena aku jadi paham apa yang TIDAK dilakukan oleh Pemimpin sejati. . . #kepemimpinan

Semua Pasti Pernah Mengalami Masa Muda

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ


Semua Pasti Pernah Mengalami Masa Muda Ada yang pernah muda dan 4L4y Ada yang pernah muda dan boros Ada yang pernah muda dan suka marah marah Ada yang pernah muda dan ceroboh Ada yang pernah muda dan malas Ada yang pernah muda dan naif


Semua pasti pernah mengalami fase dalam hidup, yang kalau sekarang diingat-ingat bikin ketawa, bikin nyesel, atau malah ngakak dalam hati, "buset dah gua dulu malu-maluin amat yak". Naah, sekarang kan yang paling penting apa yg berhasil kita petik dari masa muda kita, kalau cuma dipikirin dan disesalin aja maka ga akan pernah ada output positifnya. Saya menyadari kalau segala keputusan pasti ada konsekuensinya. So, harus kerja lebih cerdas untuk membuat saya tetap bisa diakui, kalau saya tidak kalah dengan yang pendidikannya lebih tinggi. Tetap cari dan serap ilmu darimana saja. Jangan alergi menerima kritik dan masukan, stay humble setiap saat. Kalau dikasih saran aja udah ngegas, teriak-teriak ga butuh masukan, mungkin kamu butuh di ruqyah 😁.

Saat Loyalitas dan Kebanggaan pada Institusi Lenyap

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
   Ini adalah re-write cerita seorang yang udah experience dalam dunia kerja.. langsung aja deh.. simak tulisannya.. lumayan buat motivasi kalian yang galau soal kerjaan sekarang, pilih resign / nggak.. biar tambah galau.. wkwkwk.. sorry just kid :p 


Saat Loyalitas dan Kebanggaan pada Institusi Lenyap


   Jaman sekarang, banyak orang meyakini bahwa harga sebuah loyalitas terhadap pekerjaan tidak lagi “semahal” dulu. Jika sudah merasa tidak nyaman serta tidak sreg dihati, jalan keluar untuk memecahkan situasi tersebut adalah keluar atau pindah kerja. Sekarang ini, “Kutu loncat” memang sudah tidak dipandang negatif lagi. Tidak seperti dulu, dimana harga sebuah loyalitas dianggap sebagai hal yang begitu mengagumkan. Padahal, keduanya mempunyai pro-kontranya tersendiri. Dan sebagai karyawan, kita harus mengetahui, kapan harus stay dan kapan harus move on.  

·          Cinta atau zona nyaman

   Alasan orang-orang untuk pindah kerja, sangat banyak. Begitu juga dengan alasan orang-orang yang memilih untuk tetap bertahan. Dan untuk mengetahui alasan mengapa kita selalu berpindah tempat kerja atau justru sebaliknya, kita harus tahu dulu alasan yang tepat. Konflik dengan rekan kerja, bosan, dan sebagainya, sebetulnya bukanlah alasan yang tepat. Toh... jika akhirnya hal tersebut terulang kembali di tempat kerja yang baru, bukankah sia-sia pilihan kita untuk resign dari pekerjaan sebelumnya? So,mari teliti kembali dan tuliskan mengapa kita ingin tetap bertahan dalam pekerjaan ini.
   Ada dua faktor mengapa seseorang memilih untuk tetap bertahan pada pekerjaan yang sedang digelutinya saat ini, yaitu faktor ekstrinsik dan faktor intrinsik. Jika alasan kita untuk tetap bertahan karena faktor dari luar diri –ekstrinsik–, seperti contohnya; gaji, paket kompensasi, tunjungan, tempat kerja yang nyaman dan sebagainya, maka kesetiaan kita itu cendurung berada pada zona nyaman. Namun jika hal tersebut berasal dari faktor intrinsik, ini tandanya loyalitas kita berkualitas. Karena faktor dari dalam diri sifatnya lebih emosional. Seperti contohnya; rasa puas karena pencapaian dan pengakuan atas hasil kerja, kesempatan mengambil tanggung jawab yang lebih besar, dan sebagainya. Saat kedua faktor tersebut terpenuhi, barulah kita bisa mengatakan bahwa pekerjaan ini benar-benar kita cintai.

·         Godaan untuk “setia”

  Gaji yang besar nyatanya tidak terlalu menjadi penentu yang kuat untuk tetap bisa setia atau tidak. Godaan untuk mencari pekerjaan yang lebih baik selalu datang dari waktu ke waktu. Nah, disini kita harus paham bahwa tidak ada pekerjaan yang seratus persen anti stress. Setiap pekerjaan selalu punya resikonya masing-masing. Jangan anggap bahwa setiap masalah pekerjaan yang datang, selalu jelek. Justru kita bisa menjadikan masalah-masalah yang muncul guna melatih diri agar diri kita bisa semakin bijak dalam memahami setiap keadaan. Bila pekerjaan secara terus menerus bisa memberikan rasa nyaman secara fisik, emosional dan intelektual, kenapa harus memilih resign?

·         Loyal vs kutu loncat

   Setiap orang berhak menentukan jenjang karirnya masing-masing. Untuk beberapa orang yang lebih sering berpindah dari satu tempat kerja ke tempat pekerjaan yang lainnya, mereka cenderung dipandang sebagai kutu loncat dan cenderung dilihat lebih mengedepankan keuntungan pribadi, serta harus menghadapi proses adaptasi yang melelahkan. Namun, sikap sebagai “kutu loncat” nyatanya tidak selalu buruk, justru dengan beralihnya kita dari pekerjaan yang sebelumnya digeluti, terutama jika kita memilih jalur pekerjaan yang berbeda dari sebelumnya, wawasan, pengembangan, dan bertambahannya keterampilan bisa juga didapat.

   Sedangkan untuk orang-orang yang memilih untuk tetap loyal pada perusahaan, terkadang hal tersebut melemahkan daya terjang kita terhadap pekerjaan tersebut. Hal yang sama yang dilakukan terus menerus kadang melemahkan kreativitas dari dalam diri. Namun karyawan yang loyal yang tentunya dibarengi dengan prestasi, sudah pasti mendapat berbagai keuntungan. Selain mendapat respek dari rekan kerja, atasan dan bahkan klien atau pelanggan, akan muncul peluang yang lebih strategis untuk menduduki peranan penting dalam kantor. Biasanya, karyawan yang setia lebih dipilih untuk mengikuti pelatihan dan kegiatan semacamnya.

   Dari semua itu, terlihat jelas bahwa setiap tindakan dan sikap kita di kantor sangat berpengaruh pada berlangsungnya karir kita di waktu yang akan datang. Saat ini, yang dibutuhkan hanyalah evaluasi diri, dan melihat seberapa bahagiakan kita di tempat kerja atau bidang yang saat ini digeluti. Jika Anda sudah berada di jalur yang tepat saat ini, maka tetaplah setia.

Saat Loyalitas dan Kebanggaan pada Institusi Lenyap..
Next post, saya akan share mengenai problem solving.. mumpung kerjaan lagi ngga banyak, lumayan bisa saling share sama teman-teman blog ini :)

Merasa Senior dalam Bekerja (HAHA)

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Ada teman saya yang sering curhat ketika bertemu dengan saya.. entah itu via telpon atau direct.. Entah ini postingan saya yang ke berapa, lagi-lagi saya ingin share via blog ini.. plis gak usah baper.. silahkan diskusi kalau memang mau.. Ok, simak tulisan berikut gan/sis ^^


Merasa Senior dalam Bekerja (HAHA)



Mental pekerja yang merasa segudang pengalaman tanpa ada ilmu yang didapat dari pelatihan atau training yang diadakan pihak tertentu, merasa memiliki power.“kita ini senior, kita paling tahu seluk beluk perusahaan ini” kayakanya perubahan sistem yang modern saat ini menjadi musuh besar bagi mereka,bahkan ketika ada karyawan yang baru direkrut dengan memiliki pengalaman yang luar biasa dan yang baru lulus kuliah malah dianggap sebagai perusuh. Sebenarnya mau marah saat sesorang menyampaikan, “titel tinggi, gitu masalah kerjaan banyak Tanya” dalam hati berkata “Woi, dalam hal dunia baru juga manusia bakal bertanya apa yang tidak diketahuinya” sekalipun dia lulusan S3 kalau memang sesuatu yang baru dia temui, pasti akan bertanya juga”. Yang ngomong hanya lulusan SMA (Maaf bukan mau merendahakan lulusan SMA), tapi ini kata2nya bikin sakit hati. Salam hangat dan Boleh sedikit colek para sahabat senior karyawan. butuh pencerahan suasana hangat sehangat demam piala dunia saat ini. haha..

CARI MUKA, GUE BANGET.

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Punya rekan kerja / kuliah suka carmuk, sebel? Siapa gak setuju? Masa cuma saya yang berani bilang, carmuk itu gue banget? Kok frontal? Ayo nyelam. Dipermukaan, apa bedanya cari muka, setor muka, dan tatap muka? Arti denotatif: Muka vs muka. Ada arti konotatif. Cari muka : negatif, setor muka: positif, tatap muka: netral. Kok bisa? Ayo nyelam. Setor muka dipersepsikan rasa hormat, junior ke senior, silaturahmi. Merawat persahabatan, hubungan baik. Mudik tengok mertua. Berkunjung ke rumah bos. Mulai agak dipertanyakan jika setor muka bawa bingkisan. Dari parcel hingga papan letter. Mana kutahu, niat ada di dasar hati. Entah kenapa, lebih mudah tebak negatif. Setor muka jadi cari muka. Gak cuma muka yang disetor. Bawa “setoran” lain. Ada modus. Jadi multi tafsir. Zaman old, ku dihafal dosen killer. Akibat banyak nanya. Kalo dia berhalangan ngajar, ku dipanggil. Disuruh belajar topiknya. Ditanya ini itu. Dia puas, disuruh gantiin dia ngajar. Nilai A ditangan. Carmuk? Kusenang dimanfaatin atasan. Jadi sering cari dia. Untuk update dan minta feedback. Kerjaannya terbantu, aku dipromosi. Carmuk? Besok bos sakit, bawa buket bunga. Hadiri ultah anak bos, bawa kado. Cari muka atau setor muka? PILIH DAN NIKMATI PRASANGKAMU. Gue gak terpengaruh!! wkwk
Keep calm & stay cool :D

CARI MUKA, GUE BANGET.



Case Menjelang Hari Raya Lebaran

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Sudah pasti moment-moment mendekati hari raya seperti ini banyak sekali yang mengambil peluang. sebut saja yang dadakan menjual cookies a.k.a kue kering yang menjamur sebelum hari raya. berbagai promosi dilakukan mulai dari posting-memposting di media sosial pribadi, berharap ada yang tertarik untuk order.
Setelah ada yang mulai bertanya harga dsb tiba-tiba ditawar harga dengan dalih "kan kita temenan diskon dong!!"
HEYY...paling anti dengan kalimat seperti ini, jika anda merasa menjadi seorang teman harusnya mendukung usaha teman anda itu....tapi beginilah kenyataan di sekitar kita. sang owner menjawab, "mohon maaf karena cookies kami dibuat dengan ingrediants berkualitas seperti butter W**JM*N dan keju edam VI**OR*A jadi jarga sudah yang tertera di label" Nah itu dari case penjual cookies, apabila CASE nya diganti dengan applicant dan recruiter bagaimana??? simple saja, semua kembali lagi ke individu masing-masing, hehehe..
jadi inget story nya orang saat menemani sang istrinya ke pasar tradisional dan bertemu dengan salah satu penjual sayuran yang menjajakan sayuran dengan kualitas terbaik, kalau mau silakan beli dengan harga yang sudah ditetapkan, kalau tidak mau ya sudah :)

Case Menjelang Hari Raya Lebaran